Sejarah Pantai Ngobaran Di Gunungkidul Yogyakarta
Sejarah Pantai Ngobaran Di Gunungkidul Yogyakarta - Ketika
sobat akan berlibur di pantai yang ada di Wonosari Gunungkidul mungkin
sudah terbayang dengan pantai putihnya yang bersih dan deburan ombak
yang tidak begitu besar sehingga sangat cocok untuk berenang atau
sekedar bermain di pinggir pantai. Namun lain halnya jika sobat datang
ke pantai yang satu ini. Pantai Ngobaran menawarkan pemandangan yang
berbeda dengan pantai-pantai di Gunungkidul lainya. Meski tidak bisa
untuk berenang, namun pemandangan disini cukup mengagumkan.
Tebing-tebing yang menjulang tinggi, bangunan-bangunan yang sarat
sejarah dan hamparan rumput laut bak sawah merupakan perpaduan alam yang
membuat mata terasa segar kembali. Pantai yang bersebelahan dengan
Pantai Ngrenehan ini ternyata menyimpan sejarah panjang yang melatar
belakanginya. Lantas seperti apa sejarah Pantai Ngobaran ini?

Sejarah Pantai Ngobaran
Nama Ngobaran berasal dari sejarah Prabu Brawijaya V yakni Raja terakhir
dari kerajaan Majapahit. Dalam sejarah Kerajaan Majapahit merupakan
salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Namun setelah Kerajaan Islam
berkembang pesat, kejayaan Majapahit semakin tergerus. Pada waktu itu
beberapa kerajaan islam mulai tumbuh di pesisir utara Pulau Jawa salah
satunya adalah Kerajaan Demak. Salah satu putra Prabu Brawijaya V yang
benama Raden Patah justru menjadi penguasa Kerajaan Demak tersebut.
Semakin lama Kerajaan Demak semakin berkembang hingga menyentuh
kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada akhirnya Kerajaan Majapahit tidak
bisa lagi dipertahankan yang membuat Prabu Brawijaya V bersama putranya
Bondan Kejawan pergi meninggalkan Kerajaan Majapahit. Prabu Brawijaya V
bersama putranya tersebut pergi ke arah barat hingga sampailah disebuah
tempat yang damai. Tempat tersebutlah yang sekarang dikenal dengan
Pantai Ngobaran.
Karena Prabu Brawijaya tidak mau berperang dengan putranya sendiri (Raden Patah) ia memutuskan untuk melakukan upacara Muksa. Upacara tersebut dilakukan dengan cara membakar diri. Kobaran api upacara muksa inilah yang menjadikan Pantai ini disebut sebagai Pantai Ngobaran. Kendati demikian banyak sejarawan yang masih meragukan cerita tersebut. Hal ini karena rasanya tidak mungkin penyebaran agama islam menggunakan cara kekerasan atau perang.
Karena Prabu Brawijaya tidak mau berperang dengan putranya sendiri (Raden Patah) ia memutuskan untuk melakukan upacara Muksa. Upacara tersebut dilakukan dengan cara membakar diri. Kobaran api upacara muksa inilah yang menjadikan Pantai ini disebut sebagai Pantai Ngobaran. Kendati demikian banyak sejarawan yang masih meragukan cerita tersebut. Hal ini karena rasanya tidak mungkin penyebaran agama islam menggunakan cara kekerasan atau perang.
Lokasi Pantai Ngobaran
Pantai yang menyimpan sejarah panjang runtuhnya Kerajaan Majapahit ini
terletak di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunungkidul. Apabila sobat dari
kota Yogyakarta jakanya sekitar 65 Km. Untuk menuju pantai ini susurilah
jalan wonosari. Setibanya di pertigaan gading beloklah ke arah palihan
hingga sampai di pasar trowono. Di sini sobat akan menjumpai sebuah
pertigaan jika kekiri ke arah baron apabila mau ke Pantai Ngobaran
pilihlah arah lurus. Saat ini pemerintah nampaknya sudah memberikan
perhatian pada pantai ini karena sudah ada perbaikan jalan menuju pantai
Ngobaran. Meski sempit dan berkelok namun jalanya cukup mulus.
Sejarah Pantai Ngobaran memang mengundang para wisatawan untuk mengunjunginya. Selain pemandangaya yang bagus, sobat akan menemukan 4 tempat ibadah yang berdiri berdampingan. Hal ini seolah menunjukan sejak jaman dulu sudah ada toleransi beragama. Bangunan yang paling jelas terlihat adalah pura yang dilengkapi dengan patung-patung dewa. Di sebelah kiri pura ini ada semacam joglo yang ternyata dulunya digunakan sebagai tempat ibadah penganut kejawen. Menyusuri jalan setapak di depan joglo ini, sobat akan sampai pada sebuah masjid dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Uniknya masjid tersebut menghadap ke selatan bukan ke barat seperti masjid pada umumnya. Kendati demikian untuk solatnya tetap mengahadap ke barat.
Sejarah Pantai Ngobaran memang mengundang para wisatawan untuk mengunjunginya. Selain pemandangaya yang bagus, sobat akan menemukan 4 tempat ibadah yang berdiri berdampingan. Hal ini seolah menunjukan sejak jaman dulu sudah ada toleransi beragama. Bangunan yang paling jelas terlihat adalah pura yang dilengkapi dengan patung-patung dewa. Di sebelah kiri pura ini ada semacam joglo yang ternyata dulunya digunakan sebagai tempat ibadah penganut kejawen. Menyusuri jalan setapak di depan joglo ini, sobat akan sampai pada sebuah masjid dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Uniknya masjid tersebut menghadap ke selatan bukan ke barat seperti masjid pada umumnya. Kendati demikian untuk solatnya tetap mengahadap ke barat.
sumber : http://www.sobatpetualang.com