Tepat pukul 23.00, trekking menuju sebuah desa yang terletak di lereng Gunung Ungaran pun dimulai. Selama lebih kurang 2 jam, kami menyusuri jalur yang sudah ada, melewati hutan dan perbukitan ditemani oleh dinginnya malam serta cahaya lampu senter yang berkilauan. Aku dan beberapa relawan komunitas akan menuju sebuah desa. Desa itu bernama Candi Promasan.

Desa Candi Promasan —lebih lazim disebut Desa Promasan— terletak di lereng gunung Ungaran (2050 mdpl). Secara administratif, Promasan berada di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Desa Promasan dikelilingi oleh perkebunan teh yang sangat indah dengan latar belakang Gunung Ungaran yang berdiri kokoh dan megah. Desa yang memiliki 18 Kepala Keluarga (KK) ini memiliki sebuah bangunan masjid yang berdiri di antara rumah-rumah warga.

Rivai Hidayat_Voluntourism Desa Promasan 2

Ada dua cara untuk mencapai desa ini. Pertama, dengan melakukan trekking selama sekitar 2 jam dari Basecamp Mawar yang terletak di atas obyek wisata Umbul Sidomukti. Tak perlu takut nyasar sebab jalur ini sangat jelas —terdapat petunjuk di setiap percabangan jalan. Kedua, via Nglimut, Kabupaten Kendal. Jalur ini menyuguhkan pemandangan perkebunan teh yang terhampar luas sejauh mata memandang. Perjalanan bisa ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sebaiknya berhati-hati karena jalan yang dilewati penuh batu, berkelok-kelok, dan terjal.

Keesokan paginya, sekitar pukul 08.30, para relawan mulai bersiap untuk mengajar anak-anak Desa Promasan. Relawan berasal dari beberapa komunitas, antara lain Komunitas 1000 Guru Semarang dan Pendaki Gunung Indonesia (PGI) Korwil Semarang. Aku, yang hari itu memiliki waktu luang, ikut bersemangat untuk turut serta membantu mereka mengajar. Anak-anak yang mengikuti pembelajaran kali ini berjumlah sekitar tujuh orang. Jumlah yang tidak begitu banyak memang, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat relawan untuk tetap mengajar dan berbagi ilmu dengan mereka.

Rivai Hidayat_Voluntourism Desa Promasan 3

Hari ini materi yang akan disampaikan adalah keterampilan membuat celengan dari botol air mineral bekas. Materi ini diajarkan oleh kakak-kakak dari Komunitas 1000 Guru Semarang di sebuah rumah panggung yang ada di desa tersebut. Mereka mengajarkan setiap langkah pembuatan celengan, dari mulai membersihkan botol, memotong, melubangi, hingga merapatkannya menggunakan lem. Setelah jadi, celengan-celengan tersebut dihiasi dengan gambar atau kerajinan kertas. Kakak-kakak relawan juga tidak lupa memberitahukan fungsi dan kegunaan dari celengan tersebut pada adik-adik yang mereka ajar. Diharapkan dengan memiliki celengan anak-anak Promasan bisa menyisihkan sebagian uang jajan mereka untuk ditabung demi masa depan.

“Mas, itu apa?” Tanya Nanda sambil menunjuk kamera yang aku bawa.
“Ini namanya kamera, digunakan untuk memotret atau merekam sebuah kejadian,” jawabku.
“Mas, ajari aku cara pakai kamera,” pinta Nanda kepadaku.
“Oke. Tapi coba dipegang dengan benar dulu ya,” jawabku singkat.

Nanda merupakan salah seorang anak Promasan yang sangat aktif mengikuti materi pelajaran yang diajarkan oleh para relawan. Di sela-sela pembuatan celengan, siswa yang telah duduk di kelas 2 SD ini meminta kepadaku untuk diajari memotret menggunakan kamera. Aku mengajarinya dengan senang hati, dari mulai membidik obyek, bagaimana mendapatkan fokus, hingga memotret setiap momen yang terjadi.

Materi yang diberikan untuk anak-anak Desa Promasan bukanlah materi pelajaran yang umum diajarkan di sekolah. Para relawan lebih memilih mengajarkan materi keterampilan untuk menyegarkan pikiran anak-anak itu setelah enam hari menerima pelajaran sekolah, sekaligus memberikan ilmu yang barangkali tidak didapat di bangku sekolah. Namun, jika ada adik-adik yang bertanya tentang pelajaran sekolah, dengan senang hati kakak-kakak relawan akan membantu mereka. Meskipun sekolah mereka jauh, anak-anak Desa Promasan selalu bersemangat dan antusias untuk sekolah. Sebuah semangat yang mesti kita contoh dan harus kita dukung agar bisa tetap menyala.

Rivai Hidayat_Voluntourism Desa Promasan 4

Selesai membuat celengan, anak-anak diajak mandi dan diajarkan cara menggosok gigi dengan benar. Mereka mandi di kamar mandi umum yang terletak tak jauh dari masjid desa. Jarak rumah dan sekolah yang jauh kadang membuat anak-anak Promasan menghindari mandi pagi—dingin. Belum lagi ditambah dinginnya air pegunungan yang membuat mereka memilih hanya membasuh badan saja. Omong-omong, kamar mandi umum ini boleh dipakai siapa saja, tidak hanya terbatas bagi warga sekitar. Seringkali para pendaki Ungaran mampir ke tempat ini untuk sekadar membersihkan badan. Tidak jauh dari kamar mandi itu berdiri Candi Promasan yang dikeramatkan oleh penduduk desa.



Selain mengajar, relawan juga terlibat dalam proses konstruksi bendungan dan pembuatan papan informasi. Bendungan tersebut dimanfaatkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yang sudah sekira setahun ini membantu menerangi malam-malam di Desa Promasan. Desa inipun tidak lagi gelap seperti beberapa tahun yang lalu sebab sudah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yang dibangun oleh para relawan lintas komunitas yang peduli terhadap perkembangan Desa Promasan.



Di desa ini terdapat sebuah rumah panggung. Di depannya berdiri sebuah tiang bendera, lengkap dengan selembar bendera merah putih berukuran raksasa yang selalu berkibar ditiup angin. Di seberang rumah panggung terhampar tanah lapang yang biasa digunakan untukcamping. Sejauh mata memandang, perkebunan teh selalu terlihat mengelilingi rumah panggung itu. Papan informasi yang sudah jadi ditempel di rumah panggung, berisi informasi mengenai cara pemakaian dan keterangan tentang pihak yang menjadi penanggung jawab rumah panggung—rumah panggung ini juga disewakan untuk umum.

Di dalam rumah ini terdapat sebuah rak buku, juga beberapa meja yang biasa digunakan oleh anak-anak untuk belajar. Rumah inilah yang menjadi pusat kegiatan para relawan, tempat mereka kerap berkumpul dan berbincang. Aku baru pertama kali menginjakkan kaki di rumah panggung ini dan ngobrol banyak hal dengan para relawan. Ada semacam perasaan nyaman dan betah ketika berada di sini. Suatu saat aku akan kembali lagi. Tentu saja dengan membawa sesuatu yang barangkali bermanfaat bagi adik-adik di Desa Promasan.