Porter Dukuh Seman Sumbing, Jalur Pendakian Terlandai Gunung Sumbing


Porter Dukuh Seman Sumbing, Jalur Pendakian Terlandai Gunung Sumbing





Menjajal Jalur Pendakian Baru Gunung Sumbing via Dukuh Seman
Konten ini diproduksi oleh Harley B Sastha
Seorang pendaki gunung dengan latar belakang area camp pos 4 dan lautan awan, jalur pendakian Sumbing via Dukuh Seman. Foto: Harley Sastha


Jalur pendakiannya begitu bersih, aman dan terawat. Saya pun jadi sangat menikmati pendakian tersebut. Walaupun sedang menjalankan puasa di bulan ramadhan. Mendaki gunung Sumbing via Dukuh Seman, Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, benar-benar sangat berbeda.
 
Waktu telah menunjukkan sekitar pukul 13.30 WIB, pada Sabtu (1/5/2022), saat saya dengan didampingi tim pengelola pendakian, memulai pendakian di hari ke-19 di bulan ramadhan. Seharusnya, esoknya, merupakan malam ke-21 atau bertepatan dengan malam Selikuran–tradisi masyarakat lingkar lereng gunung Sumbing. Namun, karena masih masa pandemi dan ada larangan membuat kerumunan, malam selikuran pun ditiadakan.
 
Tradisi yang sudah berlangsung turun temurun tersebut, memang biasa dilaksanakan setiap malam ke-21 bulan ramadhan. Selain untuk memperingati Nuzurul Quran, pada malam itu, biasanya ada ritual pendakian gunung Sumbing yang dilakukan masyarakat, untuk mengunjungi petilasan makam Ki Ageng Makukuhan, yang diyakini sebagai seorang tokoh penyebar agama Islam.

Beberapa pendaki sedang merayapi lereng menuju puncak Sumbing setelah areal camp pos 4, jalur pendakian Sumbing via Dukuh Seman. Foto: Harley Sastha


Beruntung, walaupun ditiadakan, saya tetap bisa mendaki, karena bersama rekan dari Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) Jawa Tengah, mendapat tugas melakukan pendampingan self assesment SNI 8748:2019 Pengelolaan Pendakian Gunung yang dikeluarkan oleh BSN Indonesia, untuk jalur pendakian gunung Sumbing via Dukuh Seman
 
Menurut salah seorang pengelola Basecamp Bimawari – pengelola pendakian gunung Sumbing via Dukuh Seman, Jumari, sebenarnya, jalur pendakian via Dukuh Seman, merupakan salah satu jalur pendakian tua. Biasa dipakai masyarakat untuk ziarah. Jadi, dikenal juga sebagai jalur pendakian ritual. Tetapi sejak, Januari 2022, dibuka juga untuk pendakian umum.

Bangunan permanen berupa aula yang merupakan lokasi Basecamp Bimawari jalur pendakian Sumbing via Dukuh Seman, lengkap dengan fasilitas dan sarana serta prasarananya. Foto: Harley Sastha


Menariknya, Basecamp Bimawari, mempunyai bangunan permanen seperti aula berbentuk joglo. Sehingga dapat digunakan untuk berbagai kegiatan masyarakat. Setiap calon pendaki, setelah melakukan boking online, begitu tiba harus melaporkan diri pada loket pendaftaran. Melaporkan perlengkapan dan perbekalan apa saja yang dibawa.
 
Pengelola akan memeriksa kelengkapan standar minimal sesuai SOP Pendakian dan potensi sampah yang ditimbulkan dari setiap pendaki. Diberikan briefing dan dipinjamkan radio komunikasi atau HT untuk setiap kelompok pendakian dengan jumlah tertentu. Lalu, diberikan briefing mengenai gambaran jalur pendakian serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mendaki.

Makam Ki Ageng Makukuhan dekat dengan Basecamp Bimawari jalur pendakian Sumbing via Dukuh Seman. Foto: Harley Sastha


Panorama dari Basecamp Makukuhan juga sangat menarik. Dari sini kamu dapat melihat pemandangan beberapa gunung di Jawa Tengah. Hal tersebut semakin jelas, kalau kamu naik ke atas menara pandang yang telah disediakan. Selain itu, masih dekat basecamp, kamu dapat menjumpai kompleks dan petilasan makam Ki Ageng Makukuhan.
 
“Dukuh Seman ini merupakan jalur lama. Tetapi dibuka untuk pendakian biasa baru sekitar empat bulan lalu. Dipakai untuk ziarah atau jalur pendakian spiritual masyarakat. Ramainya saat malam ke-21 ramadhan atau selikuran. Juga saat akan panen raya tembakau,” cerita Jumari.

Suasana awal pendakian selepas pos 1 menuju pos 2, jalur pendakian Sumbing via Dukuh Seman. Foto: Harley Sastha


Untuk menghemat waktu, dari basecamp menuju titik awal pendakian, kami menggunakan ojek motor melewati jalan makadam yang membelah ladang dan kebun. Hanya dalam waktu 15 menit, kami pun tiba.
 
Mulai dari gerbang pendakian hingga pos curug atau air terjun, jalur pendakian terasa nyaman dan teduh dengan medan yang landai. Berada di dalam vegetasi hutan yang masih cukup terjaga dengan baik. Tidak heran, jika masih banyak serasah dedaunan di sepanjang jalur pendakiannya yang sengaja dibikin zig-zag atau berputar melipir punggungan. Tujuannya, agar jalur pendakian tidak terlalu menanjak atau dapat dibuat lebih landai.
 
Selepas pos curug menuju pos 3 jaraknya cukup jauh. Sekitar 1 jam 45 menit waktu yang harus ditempuh dengan medan pendakian yang sedikit lebih menanjak. Tetapi, seperti sebelumnya, karena ditata sedemikian rupa, zig-zag dan berputar memutari punggungan, jalur pendakian menjadi tidak terasa terjal. Dan masih terlindung dalam vegetasi hutan. Kami tiba di pos 3, tepat sekitar 10 menit jelang waktu berbuka puasa.
 
Selesai berbuka puasa, kami lanjutkan pendakian menuju areal camping ground Anggrek dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Tempatnya cukup terlindung dan dekat dengan sumber air.

Area camp Anggrek saat pagi hari. Foto: Harley Sastha


Pagi harinya, dari ketinggian sekitar 2.578 meter di atas permukaan laut (mdpl) camp Anggrek, terlihat di kejauhan gunung Sindoro, gunung Kembang, gunung Prau dan puncak-puncak gunung lain di dataran tinggi Dieng. Mereka tampak semakin memesona, tatkala menyembul dari lautan awan. Saat malam hari, cahaya lampu dari desa di Lereng Sumbing dan kota Temanggung terlihat seperti barisan kunang-kunang. Dari sini lereng terjal dan terbuka menuju puncak Sumbing terlihat jelas dengan barisan batu-batu besar tidak beraturan.
 
Sekitar pukul tujuh pagi, kami kembali melanjutkan pendakian menuju areal camp pos 4 dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Kalau cuaca cerah, dari sini panoramanya sangat bagus. Kamu dapat melihat beberapa gunung lainnya di Jawa Tengah. Di antaranya: gunung Sindoro, gunung Kembang, gunung Prau, Dataran Tinggi Dieng, gunung Merbabu dan gunung Merapi. Sayangnya, saat tiba di sana, karena tertutup awan, sehingga tidak semua dapat kami lihat.

Semakin ke atas medan pendakian semakin berat rasanya. Selain memang terjal dan terbuka dengan dominasi vegetasi rerumputan, karena bersamaan dengan saya yang sedang berpuasa. Namun, pemandangan yang disajikan selama pendakian, cukup dapat mengalihkan rasa lelah yang saya rasakan.
 
Setelah area camp pos 4, kamu dapat terus mendaki menuju pos 5, turun ke puncak kawah, kemudian naik menuju puncak Sejati Sumbing dan puncak Rajawali atau sebelum tiba di pos 5, kamu dapat menuju puncaknya jalur pendakian via Dukuh Seman yang berada pada ketinggian 3.082 mdpl yang bernama puncak Makukuhan.
 
Nah, kami memutuskan untuk menuju puncak Makukuhan. Pemasangan tiang paralon yang dilengkapi stiker skotlite, sehingga dapat memantulkan cahaya terkena cahaya lampu senter di sepanjang jalur pendakian setelah areal camp pos 4.

Batu-batu berukuran besar seperti dinding dan serakan batuan lainnya di sekitar puncak Sumbing via Dukuh Seman. Foto: Harley Sastha


Begitu tiba di area bebatuan berukuran besar yang berdiri gagah seperti dinding, kami sempat masuk ke dalam goa yang pintu masuknya kecil. Di dalam goa ternyata ukurannya luas. Kami sempat melihat sisa sesaji. Ternyata, goa ini juga dipergunakan sebagai masyarakat untuk berdoa.
 
Kemudian, kami kembali melanjutkan pendakian. Melalui padang rumput yang luas berhiaskan batu-batu andesit yang berserak di antara selang-seling tumbuhan Cantigi dan Edelweiss. Medan pendakian kembali melandai. Sekitar setengah berjalan, kami pun tiba di puncak Makukuhan. Terlihat pemandangan sangat lepas. Kami dapat melihat sekitarnya. Beberapa puncak gunung di Jawa Tengah, desa-desa di Lereng Sumbing dan Kota Temanggung serta tempat kami bermalam di area camp Anggrek.

Padang rumput dan serakan batuan serta tanaman cantigi dan edelweis yang akan kamu lalui saat menuju puncak Makukuhan. Foto: Addi Ronikus


Pendakian pun kami akhiri dengan masuk ke dalam goa kecil, di mana terdapat makam Ki Ageng Makukuhan. Jaraknya dari puncak hanya sekitar empat meter. Kalau melihat makam tersebut, sempat muncul pertanyaan dalam benak saya, mana makam Ki Ageng Makukuhan yang sebenarnya. Menurut Jumari, dirinya sendiri telah menemukan sembilan makam. Termasuk yang berada di puncak kawah.
 
Lepas dari itu semua, menurut saya, jalur pendakian Sumbing via Dukuh Seman, sangat layak untuk kamu coba. Sistem pengelolaannya yang profesional dan rapi serta medan pendakiannya yang sangat terawat, rapi dan bersih menjadi salah satu nilai tersendiri. Selain, memang juga memiliki pemandangan atraksi alamnya yang menarik. Tentu saja termasuk sejarahnya sebagai jalur pendakian spiritual.

Dua orang pendaki saat berada di puncak Makukuhan. Foto: Harley Sastha

Source 

Posting Komentar

Anda dapat mengomentari artikel ini menggunakan akun google anda. Silahkan untuk masuk ke email anda / akun google kemudian berkomentar secara bijak.

Lebih baru Lebih lama

Paket Pendakian Gunung

Package Corporate

Package Honeymoon

Safary Trip

Xplore Wisata

XploreWisata merupakan salah satu jasa penyedia jasa layanan guide dan porter pendakian gunung.

Hubungi Admin