Takut Mati di Semeru?


Takut Mati di Semeru?
Jangan Menerobos Zona Maut ''Blank 75''

#PendakiBeretika

FORUMHIJAU.COM – Sejak dibuka pada 1 Juni yang lalu, pengelola TNBTS melarang keras para pendaki untuk melewati jalur ”Blank 75” karena faktor medan yang berbahaya untuk dilalui. Namun rupanya larangan tersebut masih banyak dilanggar oleh sejumlah Pendaki gunung, atau tidak sengaja lewat karena minimnya pengetahuan terkait medan pendakian. Salah satunya adalah Budiawan, Pendaki yang tersesat di Blank 75, minggu lalu.

Budiawan mahasiwa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Semester IV Universitas Gunadarma Jakarta yang sempat tersesat di Gunung Semeru mengaku meninggalkan jejak, dan takut tewas karena tidak ada yang menemukannya.

Pendaki yang berasal dari Jl. Raya Jampang Parung RT-01/RW-05, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor-Jawa Barat ini, tersesat dalam perjalanan turun dari Puncak Mahameru melalui Blank 75, yang juga disebut ”Zona Kematian” itu.

Untungnya, pemuda ini telah belajar melakukan pendakian sejak SMA dan pernah menjejak berbagai Gunung di Pulau Jawa, dan memiliki cukup bekal untuk bertahan di alam (Survival).

“Yang saya ingat persis, saya mendaki Puncak Mahameru bersama Nofrian Samana Palumbun, teman saya. Namun, saat turun saya mendahului karena tidak kuat hawa dingin dan Nofrian menyusul. Saat turun itulah, saya salah memilih jalur hingga menuju arah Blank 75. Jalur yang saya tempuh berupa tebing dan jurang serta terlihat ada longsoran. Meski begitu saya terus saja,” katanya dikutip dari Sentral FM, Senin (6/7/2015).

Dia juga menjelaskan, saat tersesat dirinya meningalkan jejak di tanah dan rerumputan yang sengaja dibuatnya berbekas sehingga mudah dilihat. Tidak hanya, ia juga meninggalkan pesan berupa tulisan di lembaran kertas HVS yang dibawanya.

Ia terus melanjutkan perjalanannya hingga kawasan tebing dan jurang yang dikalangan pendaki dikenal dengan Blok jurang Blank 75.

Saat itu, Budiawan mengaku hanya melihat jurang yang curam dengan pohon yang tumbuh di sisinya. Dan pohon itu memilik akar yang menjulur ke bawah. Dengan bantuan akar pohon itulah, ia merayapi tebing dan berusaha turun ke dasarnya. Beberapa kali upaya untuk turun berhasil ia lakukan, sampai di usaha yang ketiga ia pun terjatuh.

“Sebab, akar yang saya gunakan untuk berpegang ternyata rapuh. Akibatnya saya terjatuh dari ketinggian 15 meter. Kepala saya terbentur bebatuan hingga berdarah. Saya sempat memeriksa, darah yang keluar cukup banyak. Akibatnya, luka itu saya tutup dengan penutup kepala jaket yang dikenakannya. Saya berusaha bangun, tapi tubuh sakit semua,” kata dia.

Dalam kondisi itu, Budiawan pun hanya bisa tergeletak saja di dasar jurang dalam kondisi kesakitan. Budiawan ingat persis, ia terjatuh di jurang Blank 75, Rabu (1/7/2015), sekitar pukul 09.30.

“Itu setelah saya turun dari puncak Mahameru, sekitar 1,5 jam perjalanan turun. Setelah itu, saya tidak bisa kemana-mana, meski kalau untuk kencing hanya bisa bergeser tidak jauh dari tempat saya berbaring,” ungkapnya.

Dia pun hanya bisa mengandalkan teman- temannya yang akan mencari keberadaannya dan meminta bantuan petugas TNBTS untuk mencari keberadaannya. Setidaknya selama dua hari lamanya, Budiawan hanya bisa berbaring di tanah dengan kondisi yang semakin lemah. Kondisi itu diperparah dengan dukungan logistik yang semakin menipis.

“Bekal logistik saya hanya tinggal sedikit. Hanya air mineral ukuran 1,5 liter, biskuat kemasan kecil, jus, dan antangin saja. Semua itu saya manfaatkan secara hemat untuk memastikan keselamatan jiwa saya,” ujarnya.

Beruntung pada hari ketiga, tepatnya pukul 10.35, Tim SAR berhasil menemukan keberadaannya. Dan saat itulah Budiawan yakin bisa selamat meski kondisi tubuh semakin lemah. Apa yang disampaikan Budiawan, dibenarkan juga oleh Paringotan Sinambela, satu diantara anggota Tim SAR yang ikut dalam operasi pencariannya.

“Saat kami temukan, Budiawan hanya terbaring saja. Darah di kepalanya sangat banyak. Makanya kami khawatir dengan kondisinya dan langsung meminta penjemputan tim tandu. Meski, operasi penjemputan juga membutuhkan waktu karena medannya sangat berat,” kata Paringotan Sinambela yang akrab di sapa Pak Ingot ini.

Baca selengkapnya > forumhijau.com/?p=1978

Follow us : @ForumHijau_ID

Posting Komentar

Anda dapat mengomentari artikel ini menggunakan akun google anda. Silahkan untuk masuk ke email anda / akun google kemudian berkomentar secara bijak.

Lebih baru Lebih lama

Paket Pendakian Gunung

Package Corporate

Package Honeymoon

Safary Trip

Xplore Wisata

XploreWisata merupakan salah satu jasa penyedia jasa layanan guide dan porter pendakian gunung.

Hubungi Admin