DIY Optimis Jadi Tujuan Wisata



DIY OPTIMIS JADI TUJUAN WISATA 
TERKEMUKA DI ASEAN

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta optimis mampu menjadi kota wisata terkemuka se-ASEAN pada 2025 sesuai visi Gubernur DIY Sri Sultan HB X dengan mengandalkan potensi pariwisata budaya benda maupun tak benda yang dimiliki.

Kepala Bidang Perekonomian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY, Sugeng Purwanto di Gedung DPRD DIY, Jumat (26/2/2016), mengatakan menuju kota wisata terkemuka, DIY telah memiliki modal dasar berupa lingkungan yang khas, keamanan dan kondisi politik yang stabil, karakter masyarakat yang ramah, serta aksesibilitas wilayah yang relatif mudah.

"Sehingga meski tetap membutuhkan dukungan program tertentu, sebetulnya dengan potensi itu, wisata di Yogyakarta sudah bisa jalan," kata Sugeng dalam Forum Diskusi bertajuk "Jogja Menuju Kota Pariwisata Terkemuka di ASEAN" itu.

Selain destinasi wisata populer seperti Candi Prambanan, Pantai Parangtriris, Malioboro, dan Keraton Yogyakarta, menurut Sugeng, DIY juga memiliki potensi wisata, baik yang bendawi (tangible) maupun tak benda (intangible).

Potensi wisata itu, di antaranya seperti perbukitan karst di Gunungkidul, Goa Jomblang, Goa Pindul dan yang takbenda seperti kesenian tari, kemahiran membatik, dan wisata sejarah.

Selain itu, lanjut Sugeng, DIY juga telah memetakan 13 kota pusaka (heritage city) seperti kawasan Malioboro, kawasan Keraton, Kotabaru, Pakualaman, Kotagede, Merapi, Prambanan, Pleret, Imogiri, Parangtritis, Sokoliman, Purba Nglanggeran, dan Pusat Kota Wates.

Menurut Sugeng, dalam rangka menuju kota wisata terkemuka 2025, Pemda DIY telah memulai berbagai pembangunan infrastruktur berbasis wisata, seperti percepatan realisasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) serta pelebaran akses jalan menuju Bandara Internasional baru di Kulon Progo dengan konsep non-tol.

"Pelebaran akses jalan non-tol, dimaksudkan agar tidak ada pembatas sehingga masyarakat ikut merasakan dampak ekonomi-nya," katanya.

Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Pariwisata Dinas pariwisata DIY Setyawan mengatakan selain destinasi wisata yang sudah ada, eksistensi desa wisata juga akan terus diandalkan menuju kota wisata terkemuka ASEAN.

Menurut Setyawan, hingga kini terdapat 96 kelompok sadar wisata (pokdarwis) pengelola desa wisata yang tersebar di lima kabupaten/kota.

"Desa wisata merupakan wisata berbasis masyarakat unggulan Yogyakarta," ujarnya.

Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Univeritas Gadjah Mada (UGM), Destha Titi Raharja mengatakan jika ingin terus diandalkan desa wisata di Yogyakarta harus terus dikelola secara inovatif dan tidak stagnan.

Dengan demikian, destinasi berbasis masyarakat itu mampu menambah lama kunjungan wisata. "Kalau tidak ada inovasi maka akan menimbulkan kejenuhan pasar," katanya.

Destha menilai hingga saat ini desa wisata belum sepenuhnya mampu menahan wisatawan untuk menambah lama tinggalnya di Yogyakarta.

Desa wisata juga masih berorientasi pada wisatawan domestik, belum membuka diri untuk mengembangan pelayanan dengan standar ASEAN.

"Sehingga pembangunan desa wisata jangan hanya 'aji mumpung' saja, namun harus dikelola secara berkelanjutan," tambah Destha.

Sumber ; kompas

Posting Komentar

Anda dapat mengomentari artikel ini menggunakan akun google anda. Silahkan untuk masuk ke email anda / akun google kemudian berkomentar secara bijak.

Lebih baru Lebih lama

Paket Pendakian Gunung

Package Corporate

Package Honeymoon

Safary Trip

Xplore Wisata

XploreWisata merupakan salah satu jasa penyedia jasa layanan guide dan porter pendakian gunung.

Hubungi Admin